Minggu, 17 Mei 2009

50% Vs 30% ( MOzaik 3 )

50% vs 30 %

It is about Henry.

While a feeling is off, and a love is never belong to me again. I just try to make a survival to live without any love. I feel all empty, what never than less. This love had gone as Rima had passed away.

Rima, she is a person that my colorful my life’s. But God had take her. Whenever I must life like this situation. Live in an emptying and feel alone and being lonely. Rima , she is always in my heart. I can not change with other. She will always crowned on my hearts and my live forever.

50 % Vs 30%

Parkiran EHS, akhir july 2007.
Mobil jaguar hitam Henry memasuki parkiran dan terparkir tepat di tempat yang bertuliskan Ekslusif. Saat Henry keluar dari mobilnya, sedan hitam Mercedes juga terparkir tepat disebelah mobil Henry yang juga bertuliskan ekslusif. Seorang perempuan keluar dari mobil membawa payung dan bergegas membukakan pintu untuk majikannya. Setelah pintu terbuka seorang cewek berseragam EHS : kemeja putih dengan rok coklat kotak-kotak bergaris hitam, keluar dari dalam mobil. Perempuan membawa payung dengan cepat membuka payung dan memayungi majikannya seakan tidak rela matahari pagi ini menyentung sang majikan.
Manja sekali, Henry membatin.
Si majikan melihat sekilas kearah Henry : lumayan juga tampangnya, ber class!. Kayanya gue pernah lihat tampang orang ini. Tapi dimana ya?. Terus berjalan diikuti siperempuan yang membawa payung.
Henry menghela nafas: Heran! Hari ini kan gak panas gak hujan. Kok pake payung. Dasar orang aneh!. Terus pergi bergegas meninggalkan parkiran.

***

kantin.
Suasana kantin sangat ramai pada jam istirahat. Hampir semua kursi penuh terisi. Banyak siswa-siswi yang mengurungkan diri untuk makan hanya karena tidak kebagian tempat duduk. Henry duduk sendirian dimeja yang seharus ditempati untuk berempat. Semua orang memakluminya karena sang popular tidak suka saat rutinitas istirahat pertama ini di ganggu orang. Minum es lemon tea dan menikmati dua buah donat adalah kegiatan rutin yang ia lakukan setiap jam istirahat pertama.
Maya, Sari dan Bhakti duduk tidak jauh dari tempat Henry. Mereka bertiga hanya menatap Henry dan mengagumi setiap apa yang Henry lakukan, meskipun itu hanya mengunyah donat. Bagi mereka Henry adalah orang yang tercipta sangat sempurna, dan sempurna sekali karena mereka dipercaya jadi pengurus perkumpulan HEHO. Mereka berharap si popular dapat menyapa mereka, dan berpindah duduk bergabung bersama mereka di kursi yang mereka biarkan kosong. Mereka juga berharap datang keajaiban Henry memanggil mereka, meskipun dengan nama armada angkotan bus ( Maya sari Bhakti), untuk mempersilahkan bergabung duduk di kursi kosong disamping Henry. Namun, keajaiban itu tidak kunjung datang, sampai seorang siswi dengan gaya angkuh duduk tanpa permisi di hadapan Henry.
“ Siapa sih dia Boo?. Centil banget deh?,” kata Bhakti dengan gaya kemayunya. Bhakti adalah anggota cowok satu-satunya di trio Bigos ini. Seperti di sinetron-sinetron krakter cowok kemayu selalu jadi badut bagi genknya. seperti itulah nasib Bakti di trio Bigos. Jadi bahan lelucun, dan selalu jadi objek penderita.
“ Gayanya sih ber class!,” komentar Sari.
“ Tapi kok nekad ya. baru kemarin gue liat ada yang coba negur sapa Henry, eh anak itu malah di tunjuk. Kalau gak salah dia anak kelas dua yang sering nongol di majalah remaja,” cerita Maya serius.
“ maksud Lu si Mahda!?,” bhakti menebak pasti, “ cewek itu kan udah tiga kali di tunjuk Henry?. Gak kapok tuh cewek, najis de!”
“ Iya kali, gue liatnya dari jauh. Abes mukanya langsung biru gitu, eh serem deh!,” sahut Maya bergidik.
Henry merasa terganggu dengan keberadaan cewek dihadapannya. Si cewek yang tadi pagi dilihat di parkiran itu terlihat cuek sambil menikmati makannya. Ia tidak peduli dengan Henry yang dari tadi memperhatikannya.
“ Siapa yang suruh duduk disitu?” tegur Henry kasar.
Si cewek masih cuek, tidak menghiraukan teguran itu.
“ kamu gak bodek kan?,” Tanya Henry dengan nada tinggi.
Si cewek melihat kiri dan kekanan, “ ngomong sama aku?,” tanyanya santai.
“ ya sama kamu!. kamu dengar kan?.” Henry semakin kesal dengan ulah si cewek cuek.
“ Oh, sama aku toh!,”
“Siapa suruh duduk disitu?.” teriak Henry berdiri. Semua penghuni kantin serentak menoleh kearah Henry. Henry tidak penduli, sudah terbiasa jadi pusat perhatian.
“ Aduh tuh cewek cari masalah aja deh! Siapa sich dia?,” Bhakti gelisah dan sempat latah saat mendengar teriakan Henry. “ Rasanya baru kali ini gue liat dia!.”
“ Kayanya anak baru de! Masa dia gak kenal si Popular!”, kata Maya.
“ Bisa gak sih pelan ngomongnya?,” si cewek ikut berdiri.
“ pergi atau kamu dapat masalah?,” Henry mengancam.
“ Kenapa harus pergi?. Tempat ini kosong…”.
“ Dasar cewek bawel?.” Henry hilang kesabaran.
` “ kamu bakal nyesal karena telah belaku kasar. Karena aku Putri Jamelaa kusuma, salah satu pemilik saham di sekolah ini.”
Semua penghuni kantin berbisik-bisik: oh dia putri jamelaa kusuma. Gila cool banget. Ber class!.
Maya, sari dan Bhakti tersentak kaget saat si cewek menyebutkan namanya dan mulut mereka serentak bergumam: Ooooooo….Putri Kusuma!.
“ Oh, anak si tiga puluh persen?,” ejek Henry.
“ Apa maksudnya?”
“ Benarkan keluargamu mampunya Cuma tiga puluh persen?”
“ Siapa sih Lu?.”
Henry meraih es lemon tea diatas meja dan serta merta menyiramkan ke muka Putri jamelaa. Auwww….., teriak Putri tak bisa menghindar. Wajahnyanya basah dengan dinginnya air es lemon tea.
“ Namaku Henry Hirata Sudarjo, Si lima puluh persen !. Silahkan laporkan kekepsek kalo berani!.” Henry berbalik dan melangkah meninggalkan Putri yang terdiam.
Semua penghuni kantin pura-pura sibuk dan seakan tidak melihat kejadian yang menegangkan itu. Mereka semua terlihat salah tingkah dan melanjutkan aktivitasnya kembali, setelah Henry keluar meninggalkan kantin.
Sejak kejadian di kantin, Putri Jamelaa tidak masuk sekolah lagi. Padahal itu hari pertama dia bersekolah di EHS. Kabarnya putri pengusaha tambang batu bara asal Kalimantan itu pindah sekolah keluar negri karena malu atas perlakukan si lima puluh persen.
Sekolah kembali seperti biasa. Para anggota HEHO masih melakukan kegiatannya dan menghakimi siapa saja yang bermasalah dengan Henry. Henry masih menjadi orang yang dingin. Menjadi orang yang hidup tanpa perasaan. Ia kini hanya seungguk daging hidup yang berjalan, bernafas dan mempunyai nama popular. Dia semakin tidak terkendali, semuanya ia lakukan berdasarkan apa yang dimau, tanpa ada yang mengatur tanpa ada yang menegur. Kehidupannya adalah kehidupan yang hampa, tanpa warna dan tanpa tawa.
Kehidupanlah yang membuat Henry merasa terasing di keramaian. Dan kehidupan yang mengajarkannya menjadi laki-laki dewasa yang egois. Menang sendiri dan tidak mau kalah.
Dari kehampaan hidupnya ia masih merindukan sosok Rima, yang hingga saat ini masih tanpa kabar. Berita terakhir yang ia dapatkan hanya sebatas kabar puing-puing pesawat yang ditemukan para nelayan di perairang sulawesi. Ia hanya berharap kemungkina-kemungkinan yang pernah Ia buat bisa menjadi nyata. Berharap sekarang Rima tinggal di sebuah pulau kecil dan akan kembali dan menceritakan kejadian hebat yang pernah dia alami, atau Rima akan datang setelah tujuh bulan menginap di sebuah hotel di Jakarta, dan pulang dengan satu kalimat: saya terlambat naik pesawat.
Tapi kemungkinan itu semakin menjadi tidak mungkin, saat Henry terbagun di pagi hari. Saat ia melihat kamar kosong Rima. Rima tidak pernah ada lagi. Selamanya....


***

Next Strory : Sebuah Titah
Last Story : Elit High School ( MOZAIK 2 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar